sp-globalindo.co.id – Intoleransi laktosa dan alergi susu sapi merupakan dua kondisi yang banyak dialami anak-anak. Namun, keduanya merupakan kondisi berbeda yang sering disalahpahami sehingga menyebabkan pengobatan yang tidak tepat.
Intoleransi laktosa mengacu pada ketidakmampuan tubuh mencerna laktosa yang terdapat dalam produk susu, yang umumnya menyebabkan diare pada anak-anak. Sementara itu, gejala alergi susu sapi bermacam-macam.
Pakar alergi dan imunologi Prof. Anang Andrianto SpA(K) dalam kuliah ilmiah pakar. Research Center dan Denon Global Innovation di Utrecht, Belanda (19/11/2024).
Ia mengatakan, perbedaan utama kedua kondisi tersebut adalah intoleransi laktosa berkaitan dengan sistem pencernaan, sedangkan alergi susu sapi berkaitan dengan sistem imun tubuh.
Angka kejadian alergi susu sapi terus meningkat, termasuk di Indonesia yang jumlah kasusnya mencapai 0,5 – 7,5 persen dari jumlah anak yang lahir per tahun.
Baca Juga: Mengapa Bayi yang Lahir Secara Caesar Memiliki Imunitas Tubuh Yang Rendah?
Salah satu faktor pemicu kondisi ini adalah persalinan sesar. Berbagai penelitian mengaitkan persalinan sesar dengan gangguan komposisi mikrobiota usus pada bayi, yang berpotensi berdampak pada kesehatan jangka panjang.
Selain itu, faktor risiko alergi protein susu sapi pada bayi antara lain prematuritas, alergi makanan pada ibu, pemberian antibiotik selama kehamilan, dan inisiasi pemberian makanan pendamping ASI saat bayi berusia kurang dari 4 bulan
Profesor Anang mengatakan, alergi susu sapi tidak bisa dianggap remeh, apalagi sering terjadi pada masa kritis tumbuh kembang anak.
“Alergi susu sapi yang tidak diobati dapat menyebabkan peradangan parah dan terjadi pada masa kritis perkembangan dan pertumbuhan sistem kekebalan tubuh anak, sehingga mempengaruhi kecerdasan fisik dan mental, dan dalam jangka panjang dapat meningkatkan risiko alergi susu sapi. -penyakit menular,” jelasnya.
Baca juga: Alergi susu sapi pada bayi bisa dicegah sejak dalam kandungan.
Pengobatan alergi susu sapi
Pemberian ASI merupakan kriteria utama dalam memberikan nutrisi pada bayi, namun jika bayi yang diberi ASI menunjukkan gejala alergi susu sapi, sebaiknya ibu menghentikan konsumsi produk susu sapi atau sebaiknya ditutup sementara.
Proses penyapihan bisa memakan waktu 2-4 minggu, kemudian ibu mencoba mengonsumsi produk susu sapi selama seminggu untuk melihat apakah gejalanya tidak muncul kembali, barulah bisa melanjutkan produk susu selama menyusui, kata Profesor Anang.
Sedangkan bagi bayi yang tidak dapat menerima ASI karena berbagai sebab, sebaiknya cari tahu jenis alerginya dan dapatkan rekomendasi pengganti susu formula yang kandungan nutrisinya sama dengan susu sapi
Baca juga: Semakin Tua, Anda Semakin Intoleransi Laktosa
Anak yang mengalami intoleransi laktosa dapat diberikan susu rendah laktosa hingga gejalanya membaik.
Menurut Profesor Anang, reaksi intoleransi laktosa biasanya hanya bersifat sementara karena seiring berjalannya waktu tubuh akan mampu memproduksi enzim laktosa kembali.