sp-globalindo.co.id- Teknologi pulsed-field ablation (PFA) banyak digunakan di seluruh dunia untuk mengatasi fibrilasi atrium, salah satu jenis gangguan irama jantung atau aritmia yang banyak diderita masyarakat Indonesia.
Teknologi tersebut bekerja melalui proses elektroporasi, artinya mengirimkan gelombang listrik pendek yang membuka pori-pori pada membran sel, sehingga jaringan target dapat dimusnahkan dengan aman tanpa mempengaruhi jaringan lain.
“Pulsed field ablation (PFA) merupakan game changer dalam pengobatan fibrilasi atrium. Teknologi ini tidak hanya menetapkan standar baru dalam efektivitas pengobatan, tetapi juga menempatkan kenyamanan dan keselamatan pasien sebagai prioritas utama,” kata Dr. Sunu Budhi Raharjo, Sp .JP(K), PhD, Spesialis Aritmia Kardiologi, demikian disampaikan Publikasi yang diterima KOMPAS com, Kamis (2/1/2025).
Baca Juga: Aritmia Bisa Sebabkan Kematian Mendadak, Kenapa? Ini adalah ulasan…
Menurut Sunu, selain penyakit jantung koroner, gangguan irama jantung atau aritmia juga menjadi penyumbang penting penyakit jantung. Jumlah penderita atrial fibrillation (AF) diperkirakan mencapai tiga juta orang dan prevalensinya semakin meningkat.
“Biasanya saat kita santai, jantung berdetak sekitar 60-100 kali per menit, tapi pada AF atrium bisa berdetak lebih dari 400 kali per menit. Kondisi ini meningkatkan risiko penggumpalan darah dan gagal jantung. bisa mengakibatkan stroke Bisa,” jelas Sunu.
Pasien FA memiliki risiko stroke 4-5 kali lebih tinggi dibandingkan pasien non-AF. Selain itu, detak jantung yang sangat cepat dan tidak teratur meningkatkan risiko gagal jantung dan meningkatkan angka kematian pada pasien AF.
Sampai saat ini, pengobatan untuk fibrilasi atrium meliputi terapi obat, pengendalian faktor risiko, dan ablasi kateter.
Bagi pasien yang tidak merespons pengobatan, kata Sunu, ablasi kateter diperlukan untuk mencegah penurunan fungsi pompa jantung atau gagal jantung, mengurangi risiko stroke, dan memperpanjang umur pasien.
Ablasi kateter adalah prosedur invasif minimal non-bedah yang menggunakan kateter yang dimasukkan melalui vena di tubuh dan dimasukkan ke dalam jantung untuk mengidentifikasi dan membius sumber aritmia.
Baca juga: Sindrom Kematian Mendadak yang Dikenali dengan Aritmia yang Dapat Menyebabkan Kematian Saat Tidur
Secara umum, kata Sunu, prosedur ablasi kateter dapat dilakukan dengan menggunakan ablasi termal dan non termal. Ablasi termal menggunakan energi frekuensi radio, yaitu energi panas untuk menimbulkan luka, atau krioenergi, yang menggunakan energi dingin untuk membekukan jaringan.
Sementara itu, teknologi ablasi non-termal yang paling banyak digunakan di seluruh dunia saat ini adalah pulsed-field ablation (PFA).
“Karena terapi ini bersifat selektif, proses pengangkatan dengan PFA lebih cepat, efektif, dan aman bagi pasien,” tegas Sunu.
Ia mengatakan, Rumah Sakit Kardiovaskular merupakan rumah sakit pertama di Indonesia yang menggunakan teknologi pulsed field ablation (PFA) dalam pengobatan fibrilasi atrium.
Prosedur ini dilakukan pada 28 Desember 2024 pada pasien berusia 65 tahun asal Sumatera Barat yang pernah mengalami AF kronis. Keluhan utamanya meliputi jantung berdebar, rasa tidak nyaman di dada, dan rasa lelah. Pasien telah dirawat karena AF di rumah selama beberapa tahun, namun aritmia (AF) yang dideritanya belum kunjung teratasi.
“Teknologi ini membawa harapan baru bagi pasien gangguan irama jantung,” kata Sunu.
Dengarkan berita terkini dan pilihan kami langsung di ponsel Anda. Pilih saluran berita favorit Anda untuk mengakses saluran WhatsApp sp-globalindo.co.id: https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan Anda sudah menginstal aplikasi WhatsApp.