SP NEWS GLOBAL INDONESIA

Berita Seputar Global Indonesia

Nasional

Golput Tinggi, Pakar Duga Banyak Pemilih Sengaja Bikin Suara Tak Sah sebab Tak Percaya Paslon

JAKARTA, sp-globalindo.co.id – Direktur Eksekutif Jaringan Demokrasi dan Integritas Pemilu (Netgrit) sekaligus mantan Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI Hadar Nafis Jumay menduga banyak pemilih yang sengaja membatalkan suaranya pada Pilkada 2024. 

Pasalnya, partisipasi pemilih pada Pilkada 2024 relatif rendah atau banyak pemilih yang abstain dalam memilih. Misalnya pada Pilkada Jakarta 2024, partisipasi pemilih hanya 57,5 ​​persen.

Wajar jika banyak pemilih yang masih hadir untuk memilih, namun sengaja membatalkan surat suaranya, kata Hadar kepada sp-globalindo.co.id, Minggu (12 Januari 2024). .

Baca juga: PDI-P Anggap Jateng Tetap ‘Cambuk’ Meski Kalah pada Pilkada 2024.

Hadar menduga pemilih melakukan hal tersebut karena tidak yakin dalam memilih calon daerah saat ini.

“Saya kira ada bentuk ketidakpercayaan dalam pilkada, terutama terhadap calon yang ada,” ujarnya.

Hadar kemudian menyampaikan serangkaian memo kepada pemerintah untuk kembali meningkatkan partisipasi pemilih. Salah satunya dengan mengedukasi masyarakat akan pentingnya partisipasinya dalam pemilu.

Kedua, menyederhanakan dan menyederhanakan proses pemungutan suara. Ketiga, menciptakan jeda waktu antar pemilu yang lebih lama. Keempat, meningkatkan kemungkinan proses pencalonan melibatkan beberapa pasangan calon, imbuh Hadar.

Komisi Pemilihan Umum (GEC) mencatat partisipasi pemilih pada Pilkada Serentak 2024 kurang dari 70 persen berdasarkan rata-rata nasional.

“Dari data yang ada memang kurang dari 70%, tapi tentu kalau di-zoom, ternyata setiap kabupaten dan daerah/kota itu berbeda-beda. Ada kabupaten yang 81%, ada yang 77%, ada yang 54%, dan itu masih di sana.” kata Anggota KPU RI Ogus Milas dalam jumpa pers, Jumat (29 November 2024).

Berdasarkan pantauan Sistem Rangkuman Informasi (Sirekap) KPU pada Jumat sore, dari 98,5 persen data yang diterima, tingkat partisipasi pemilih pada Pilkada Serentak 2024 hanya sebesar 68,16 persen.

Baca juga: PDI-P Klaim Menang Pilkada 2024 di 14 Provinsi, Dominasi Papua

Partisipasi pemilukada di Sumut hanya 55,6 persen, sedangkan partisipasi di Jakarta hanya 57,6 persen, terendah sepanjang sejarah.

Di tingkat nasional, tingkat partisipasi pemilih pada pilkada tersebut jauh lebih rendah dibandingkan pemilu presiden yang berlangsung pada Februari 2024 yang mencapai lebih dari 80 persen.

Millas mengatakan, upaya sosialisasi dan sosialisasi pada Pilkada Serentak 2024 tidak ada bedanya dengan Pilpres 2024.

“Meskipun rata-rata nasional biasanya lebih rendah dalam konteks pemilu daerah dibandingkan pemilu presiden dan parlemen, namun biasanya lebih rendah,” kata Milaz. Dengarkan berita terkini dan kumpulan berita kami langsung di ponsel Anda. Pilih saluran berita favorit Anda untuk mengakses saluran WhatsApp sp-globalindo.co.id: https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan Anda telah menginstal WhatsApp.

LEAVE A RESPONSE

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *