AREA Brahmapuri di kota Jodhpur di India terletak di kaki sebuah benteng terkenal yang berdiri di atas bukit.
Pemukiman bertembok dan berbenteng ini terletak di bawah bayang-bayang Benteng Mehrangarh yang megah dan megah. Kota ini sendiri dibangun pada tahun 1459 oleh raja Rajput Rao Jodha, yang namanya kemudian diabadikan menjadi nama kota tersebut. Kawasan Brahmapuri kemudian dikenal sebagai kota kuno atau asli Jodhpur dengan rumah-rumah berwarna biru.
Esther Christine Schmidt, asisten profesor di Sekolah Seni dan Arsitektur Jindal di India, mengatakan kepada BBC bahwa warna biru yang ikonik mungkin baru diadopsi pada abad ke-17. Namun, sejak abad ke-17, rumah-rumah berwarna biru di kawasan ini telah menjadi ciri khas identitas Jodhpur dan menarik perhatian dunia.
Sunayana Rathore, kurator Museum Mehrangarh, mengatakan Jodhpur, yang terletak di negara bagian Rajasthan, disebut sebagai “kota biru” karena Brahmapuri adalah jantungnya, meskipun kota tersebut mengalami perluasan selama 70 tahun terakhir.
Brahmapuri, yang secara harfiah diterjemahkan menjadi “Kota Brahmana” dalam bahasa Sansekerta, pada awalnya dibangun sebagai koloni keluarga kasta atas yang mengadopsi warna biru sebagai simbol kesalehan sosiokultural mereka dalam sistem kasta Hindu.
Mereka menonjol, seperti komunitas Yahudi di Chefchaouen – atau Kota Biru Maroko – yang menetap di bagian lama kota yang dikenal sebagai Madinah, pada abad ke-15, setelah melarikan diri dari Inkuisisi Spanyol. Komunitas Yahudi di Chefchaouen diyakini mewarnai rumah dan bahkan kantor publik mereka dengan warna biru, yang dianggap sebagai warna suci dalam Yudaisme, yang melambangkan langit suci.
Lambat laun, warna biru ternyata bermanfaat dalam banyak hal. Perpaduan cat biru dengan plester batu kapur – yang juga digunakan pada rumah Brahmapuri – menyegarkan interior bangunan, sekaligus menarik perhatian wisatawan yang terpesona dengan keindahan lingkungan sekitar. Warnanya hilang, kenapa?
Namun, berbeda dengan Chefchaouen, warna biru bangunan di Jodhpur mulai memudar. Ada beberapa alasan untuk hal ini.
Secara historis, biru adalah pilihan realistis bagi masyarakat Brahmapuri karena ketersediaan alami nila di wilayah tersebut. Kota Bayana di bagian timur Rajasthan pada saat itu merupakan salah satu pusat produksi ikan nila utama di negara bagian tersebut. Namun bertahun-tahun kemudian, ikan nila mulai ditinggalkan karena budidayanya sangat merusak tanah.