sp-globalindo.co.id – Pada bayi, kekurangan gizi, terutama protein hewani, dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan. Jika kondisi ini tidak dikendalikan, maka dapat memicu terjadinya stunting pada anak. Namun jika anak terlanjur mengalami stunting, dapat diberikan terapi nutrisi yang tepat untuk meningkatkan perkembangan otaknya.
Stunting pada anak tidak terjadi secara tiba-tiba, namun prosesnya dimulai ketika berat badannya tidak bertambah. Jika intervensi gizi tidak segera dinilai dan dilaksanakan, maka berat badan anak akan stabil atau bahkan menurun.
“Setelah beberapa bulan, berat badan anak tidak bertambah, kemudian tinggi badannya terhenti. Jika dalam beberapa bulan berat badan anak tidak bertambah dan tidak membaik, maka ia sudah stunting. Oleh karena itu, sangat penting untuk menimbang dan mengukurnya. .Setiap bulan Tinggi Badan Anak, ”Dr. jelas Clara Uliarti Sp.A saat diwawancara sp-globalindo.co.id.
Kondisi anak stunting memang bisa diperbaiki, namun dr. Menurut Clara, hal itu harus dilakukan sebelum anak berusia dua tahun.
“Ibarat kanker, stunting sudah stadium 4 sebelum bisa disembuhkan. Namun, masih ada harapan untuk sembuh,” kata dr. kata Sipto Mangunkusumo, Dokter Spesialis Anak Subspesialis Gizi dan Penyakit Metabolik RSUPN, Jakarta.
Baca juga: Risiko Stunting dan Gangguan Tumbuh Kembang pada Anak Alergi Susu Sapi
Ia mengatakan, “pengobatan” anak stunting tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan tinggi badan anak, tetapi yang lebih penting adalah meningkatkan perkembangan otak anak.
Otak anak berkembang paling pesat pada usia 0-2 tahun, dimana 80 persen otaknya berkembang. Pada usia ini, otak bersifat plastis, artinya mudah terbentuk dan dapat diperbaiki jika rusak.
“Tentu saja kondisi gizi buruk tidak terlalu serius. Namun stunting bisa ditangani sebelum anak menginjak usia 2 tahun, jika hasilnya tidak sebaik pada 2 tahun pertama,” jelasnya.
Makanan khusus untuk anak stunting
Anak stunting yang sudah terlanjur ditangani dalam bentuk terapi dan memerlukan makanan khusus. Pasalnya, anak yang mengalami gizi buruk selama berbulan-bulan juga mengalami masalah perilaku makan.
Proses dalam tubuh juga diawali dengan berkurangnya metabolisme dan nafsu makan. Tidak bisa diatasi dengan makanan sederhana seperti nasi tim dengan protein hewani dan sayur-sayuran. Kalaupun anak kurus atau kurus, hal itu bisa dilakukan, kata dr. kata Clara. . .
Baca juga: Disinggung Saat Debat Capres, Apa Beda Stunting dan Gizi Buruk?
Anak-anak yang mengalami stunting memerlukan pemberian makanan medis secara teratur. Sudah ada pedoman Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tentang diet khusus untuk anak gizi buruk dan kurang gizi. Sedangkan untuk anak stunting di Indonesia, pedoman yang berlaku saat ini adalah dengan menggunakan Makanan Berkebutuhan Medis Khusus (SMF) atau yang bisa disebut Oral Supplementation (ONS).
Dr. Clara menambahkan, PKMK tidak hanya diperuntukkan bagi penyandang stunting saja, namun juga diperuntukkan bagi anak yang memiliki alergi susu sapi, penyakit ginjal kronis, dan kelainan metabolisme bawaan.
“Anak stunting menggunakan ONS berupa susu dengan kepadatan energi khusus. Di Indonesia produknya sudah ada, BPOM sudah mendapat izin edar, dan juga ada peraturan Menteri Kesehatan,” jelasnya.
PKMK atau ONS untuk anak stunting merupakan syarat minimal kandungan protein hewani dan kandungan lemak. Jumlah gula tambahan yang ditambahkan juga harus dikontrol dan mengandung kebutuhan vitamin dan mineral yang lengkap, karena susu ini digunakan sebagai pengganti makanan untuk anak-anak dengan keterlambatan perkembangan.
Dr. Menurut Clara, efektivitas ONS dalam mengatasi stunting sudah banyak diteliti di seluruh dunia. Lamanya koreksi gizi berbeda-beda tergantung berat ringannya masalah gizi.