DAMASCUS, sp-globalindo.co.id – Kelompok Islam pimpinan Ahmad al Sharaa atau dikenal dengan nama Abu Mohammed al Julani terus mengkonsolidasikan kekuasaannya di Suriah pasca berhasil menggulingkan Bashar al Assad.
Mereka segera mendatangkan polisi, membentuk pemerintahan sementara dan bertemu dengan delegasi asing, meskipun langkah-langkah ini menimbulkan kekhawatiran tentang masuknya penguasa baru di Damaskus.
Setelah menguasai ibu kota pada Minggu lalu, Hayat Tahrir al Sham (HTS), koalisi pemberontak yang dipimpin oleh Sharaa, telah mengambil posisi penting bersama para jenderal regional Idlib yang sebelumnya mereka kendalikan.
Baca juga: AS serukan transisi inklusif di Suriah pasca jatuhnya Assad
Mohammed al-Bashir, mantan kepala pemerintahan provinsi Idlib, ditunjuk sebagai perdana menteri sementara pada hari Senin, menggarisbawahi status HTS sebagai kelompok bersenjata paling kuat dalam perang saudara yang berlangsung lebih dari 13 tahun.
Menurut laporan Reuters, HTS, yang pernah dikaitkan dengan Al Qaeda sebelum memutuskan hubungan pada tahun 2016, telah meyakinkan rakyat Suriah bahwa mereka akan melindungi hak-hak agama minoritas.
Pesan ini diterima secara luas dan membantu memfasilitasi kemajuan mereka menuju Damaskus. Sharaa terus mengulangi janji ini dalam pernyataannya setelah Assad digulingkan.
Meskipun partisipasinya menjanjikan, cara HTS membentuk pemerintahan dengan mengendalikan posisi-posisi penting masih menimbulkan kekhawatiran.
Sejumlah diplomat dan pihak oposisi mengkritik kurangnya konsultasi dengan pihak lain dalam proses tersebut.
Mohammed Ghazal, salah satu gubernur dari Idlib yang kini menjalankan lembaga-lembaga pemerintah di Damaskus, menolak gagasan bahwa Suriah sedang menuju rezim Islam.
“Tidak ada yang namanya pemerintahan Islam. Itu lembaga pemerintah, katanya.
Baca juga: Keinginan Turki atas Jatuhnya Rezim Presiden Assad di Suriah
Namun, sebagian warga Suriah masih khawatir dengan karakteristik Islamis pada pemerintahan baru.
Warga Damaskus Wissam Bashir menyatakan keprihatinannya atas bendera Islam yang terlihat pada upacara pelantikan perdana menteri.
Baca juga: Suriah, Turki dan Kompleksitas Geopolitik Timur Tengah
Bendera nasional Suriah kemudian menggantikan simbol tersebut selama wawancara Bashir dengan Al Jazeera. Dengarkan berita terkini dan berita pilihan kami langsung ke ponsel Anda. Pilih saluran media favorit Anda untuk mengakses saluran WhatsApp sp-globalindo.co.id: https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan Anda telah menginstal aplikasi WhatsApp.