SP NEWS GLOBAL INDONESIA

Berita Seputar Global Indonesia

Lifestyle

GLOBAL NEWS Perjuangan Penyandang Disabilitas Menerima Diri

Oleh: Valentine Sagunda Nur F, Gabi Manuru Rasai Tumcala, Sahla Ikhlasul Luthfiyah, Tita Aulia Ariyanti dan P. Tommy Y. S. Suyasa*

APA kata pertama yang terlintas di benak kita saat bertemu orang lemah? Hanya sedikit penyandang disabilitas yang dipandang sebagai individu dengan keterbatasan, yang tidak dapat melakukan hal lain.

Gagasan ini tidak benar. Individu dengan keterbatasan fisik tetap mempunyai kelebihan bahkan dapat mencapai prestasi yang lebih besar dibandingkan individu yang dianggap sempurna secara fisik.

Kita bisa melihat banyak penyandang disabilitas fisik di Indonesia yang mempunyai prestasi gemilang, antara lain Putri Ariani (penyanyi), Mochamad Nur Ramadhani (dokter), dan Andre Genta Senjaya (penglihatan).

Bagaimana kisah perang mereka? Mari kita lihat.

Putri Ariani atau lengkapnya Ariani Nisma Putri lahir pada tanggal 31 Desember 2005 di Bangkinan, Riau. Selebriti terkenal ini mengalami gangguan penglihatan sejak kecil.

Keterbatasan yang dimiliki Putri tidak menyurutkannya untuk menjadi seorang penyanyi.

Mulai tahun 2014, Putri mengikuti Indonesia Got Talent (IGT); secara tidak sengaja memenangkan tempat pertama.

Setelah itu, pada tahun 2016, Putri mengembangkan karir sebagai penyanyi dengan mengikuti The Voice Kids Indonesia.

Pada tahun 2018, ia diundang untuk tampil di upacara pembukaan Para Asia Games 2023, Putri mengikuti America’s Got Talent 2023 dan mendapatkan medali emas dari juri ternama, Simon Cowell.

Sejak saat itu, Putri mulai tenar di kancah dunia. Kini, Putri Ariani lebih dikenal sebagai publik figur.

Menurut Putri, setiap orang bisa melewati masa khawatir, asalkan mau selalu berpikir positif.

Di berbagai acara penghargaan, Putri menginspirasi semua orang, terutama penyandang disabilitas.

“Teman-teman yang lemah harus terus berkarya dan pantang menyerah. Kita harus semangat dan penuh harapan, jangan sampai merasa kekurangan, karena Allah menciptakan setiap hambanya sempurna, masing-masing dengan caranya masing-masing, ” kata Putri.

Penyandang disabilitas fisik lainnya, Mochamad Nur Ramadhani, saat ini bekerja sebagai dokter gigi. Dhani, sapaan akrabnya, lahir di Bandung pada 1 Maret 1993.

Awalnya Dhani dalam kondisi fisik penuh. Namun di usia 14 tahun, Dhani menjalani operasi amputasi paha kanan atas karena penyakit kanker.

“Karena (baru) berusia 14 tahun, saya pasti punya perasaan rendah diri. Saya pribadi awalnya belum siap, tapi hidup harus terus berjalan dan ini ujian yang akan membuat saya lebih kuat,” kata Dhani.

Perjalanan Dhani tidaklah mudah, dimulai dari sejumlah kecil perguruan tinggi yang bisa menerima penyandang disabilitas hingga melanjutkan studi ke luar negeri dengan beasiswa dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP).

Dhani pun menjalani hal-hal tersebut dengan penuh ambisi. Dengan keterbatasan tersebut, Dhani tak kunjung berangkat hingga ia mendapatkan gelar Master of Science in International Health di Humboldt University, Berlin, Jerman pada tahun 2022.

Begitu pula Andre Genta Senjaya atau biasa disapa Kak Andre, merupakan seorang penyandang disabilitas fisik di bidang non akademik.

Andre lahir pada 20 Januari 1996, prematur di usia 6,5 ​​bulan. Karena hipoksia (kekurangan oksigen), ia didiagnosis menderita Cerebral Palsy, dengan kekakuan pada kedua kakinya.

Di awal perjalanan hidupnya, Andre selalu bertanya “kenapa aku/kenapa aku?”, “Kenapa aku harus seperti ini?”

LEAVE A RESPONSE

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *