SP NEWS GLOBAL INDONESIA

Berita Seputar Global Indonesia

Kesehatan

Pentingnya Dukungan Keluarga dalam Pemulihan Kanker Paru Stadium 4

JAKARTA, sp-globalindo.co.id – Diagnosis kanker paru stadium 4 kerap dianggap sebagai vonis yang menakutkan. Namun Adrian Toh (42) membuktikan bahwa dengan bantuan keluarga dan pengobatan yang tepat, perjuangan melawan kanker paru-paru dapat dilakukan dengan optimis.

Penelitian yang diterbitkan oleh National Center for Biotechnology Information pada tahun 2023 menunjukkan bahwa pasien kanker yang mendapat dukungan sosial dan emosional yang kuat memiliki tingkat kelangsungan hidup yang lebih tinggi. Dukungan ini tidak hanya membantu mengurangi stres dan kecemasan, tetapi juga meningkatkan kepatuhan pengobatan.

Hal ini terlihat dari perjalanan Adrian melawan kanker. Pada Juni 2023, warga negara Singapura ini memutuskan untuk menjalani pemeriksaan kesehatan. Keputusannya dipicu oleh batuk parah yang tidak kunjung sembuh meski telah berkonsultasi dengan beberapa dokter umum.

“Saya sudah mencoba berbagai pengobatan, mulai dari obat flu biasa hingga pengobatan asma (karena saya punya riwayat penyakit ini di masa kanak-kanak) dan penyakit ini terus muncul kembali, namun tidak ada yang berhasil menghentikan batuk saya,” kata Adrian.

Baca juga: Eksklusif sp-globalindo.co.id: Ahli Onkologi Ungkap Bahaya Vaping dan Kaitannya dengan Kanker Paru-Paru

Hasil rontgen dada Adrian menunjukkan ada bintik-bintik mencurigakan. Temuan ini membawanya menjalani serangkaian pemeriksaan lebih lanjut hingga akhirnya bertemu dengan Konsultan Senior Ahli Onkologi Medis di Parkway Cancer Centre (PCC), Dr Tanujaa Rajasekaran. Diagnosisnya telah dikonfirmasi. Adrian menderita adenokarsinoma non-sel kecil stadium 4.

“Saya kaget dan tidak percaya. Saya sama sekali tidak melihat diri saya dikaitkan dengan kanker, terutama kanker paru-paru. Saya tidak merokok, saya tidak kelebihan berat badan. Saya termasuk orang yang relatif aktif dan sehat saat itu,” katanya.

Sejak diagnosis tersebut, kehidupan Adrian berubah total. Kanker yang ditemukan di paru-paru, kelenjar getah bening, dan tulang belakangnya mengharuskannya menjalani kemoterapi serta terapi oral yang ditargetkan setiap hari.

Di tengah cobaan beratnya, Adrian beruntung mendapat dukungan penuh dari ibunya yang rela terbang dari Sibu, Sarawak, Malaysia, hingga Singapura.

Baca juga: Waspada, Ini Gejala Kanker Paru yang Perlu Diwaspadai

“Kehadiran ibu membuat hidupku lebih tenang,” ujarnya.

Dukungan tidak hanya datang dari keluarga. Unggahan diagnosisnya di media sosial, Adrian mengundang simpati, termasuk dari rekan-rekan lamanya saat menjadi awak kabin di sebuah maskapai penerbangan sebelum beralih profesi menjadi agen real estate. Bahkan salah satunya adalah penyintas kanker stadium 4 yang kini menjadi teman yoga Adrian.

“Bantuan kecil yang diberikan teman sangat berarti. Misalnya saja menjemputmu setelah kemoterapi atau mengajakmu berbelanja kebutuhan sehari-hari,” kata Adrian.

Padahal, bagi Adrian, nasehat terpenting saat itu datang dari teman-temannya.

Baca juga: Eksklusif sp-globalindo.co.id: Kanker Paru Tak Hanya Ancam Perokok, Penjelasan Dr Ang Peng Tiam dalam Wawancara Khusus

“Mereka menasihati saya untuk memberikan afirmasi pada diri sendiri setiap pagi ‘Saya hebat, saya hebat’. Awalnya terkesan konyol, tapi sangat membantu, apalagi kondisi fisik saya sedang tidak maksimal,” jelasnya.

Dukungan terutama dari keluarga memberikan energi lebih bagi Adrian untuk melawan kanker paru-paru. Hal ini juga terbukti secara medis.

Pada Kamis (14/11/2024), tim sp-globalindo.co.id berkesempatan mewawancarai Dr Tanujaa tentang pentingnya peran dukungan keluarga dalam perjalanan pengobatan kanker paru. Berikut hasil wawancara selengkapnya.

Bagaimana dukungan keluarga mempengaruhi pengobatan dan pemulihan pasien kanker paru stadium lanjut?

Dukungan keluarga mempunyai dampak yang signifikan terhadap pengobatan dan pemulihan kanker paru stadium lanjut. Sistem dukungan yang kuat telah terbukti berhubungan dengan tingkat kelangsungan hidup dan hasil pengobatan yang lebih baik.

Baca juga: Haruskah Perokok Mendapat Diagnosis Dini Kanker Paru-Paru?

Pasalnya, dukungan tersebut tidak hanya meningkatkan kesejahteraan emosional, tetapi juga kepatuhan selama menjalani pengobatan dan kualitas hidup pasien.

Selain membantu mengurangi stres dan memberikan motivasi, keluarga juga berperan penting dalam aktivitas, seperti transportasi dan perawatan sehari-hari. Keterlibatan keluarga sangat membantu dalam pengambilan keputusan, penanganan gejala, serta pengawasan dan kebutuhan fasilitas kesehatan.

Pola ideal dalam menolong pasien kanker dapat dicapai dengan memberikan dukungan emosional, menjaga komunikasi tetap terbuka, melibatkan pasien dalam pengambilan keputusan, serta memberikan ruang dan dukungan yang seimbang kepada pasien.

Tim medis juga dapat melibatkan keluarga dalam perawatan melalui diskusi pengobatan, pelatihan keterampilan perawatan primer, dan konsultasi rutin. Mereka juga memberikan edukasi tentang efek samping pengobatan dan cara mengelolanya.

Baca Juga: Kasus yang sangat jarang terjadi, seorang wanita mengalami kebutaan mendadak akibat kanker paru-paru

Parkway Cancer Centre memiliki program dukungan komprehensif untuk pasien dan keluarga pasien yang disebut CanHOPE. Program ini mencakup sesi konseling dan kelompok dukungan.

Bagaimana keluarga menyeimbangkan pemberian dukungan dan perawatan untuk kesehatan mereka sendiri?

Tidak dapat dipungkiri bahwa tantangan utama yang sering dihadapi keluarga antara lain stres emosional, perubahan peran, tuntutan waktu dan tenaga, beban keuangan, kesulitan komunikasi, serta kurangnya keterampilan dan pendidikan dalam merawat pasien.

Kelelahan pengasuh juga umum terjadi sehingga penting untuk menyertakan jaringan dukungan yang lebih luas ketika berbagi tanggung jawab pengasuhan dan pendampingan.

Baca juga: Tak Sama Bahayanya, Vaping dan Rokok Sebabkan Kanker Paru-Paru

Untuk itu, keseimbangan dapat dicapai dalam memberikan dukungan dan menjaga kesehatan diri melalui manajemen waktu yang efektif dan berbagi tugas dengan anggota keluarga lainnya.

Keluarga perlu menjaga kesehatan fisik dan mental dengan terus melakukan aktivitas sehat, menjaga pola tidur, dan mengonsumsi makanan seimbang.

Apa peran kelompok dukungan dan dukungan profesional dalam membantu keluarga mengelola stres dan mendampingi pasien?

Keluarga juga perlu mengembangkan jaringan dukungan komunitas yang lebih luas dan memanfaatkan dukungan komunitas yang tersedia. Keluarga tidak boleh ragu dan terbuka untuk meminta bantuan bila diperlukan, baik itu dari saudara, teman, atau tenaga kesehatan.

Baca juga: Perokok pasif memiliki risiko empat kali lipat terkena kanker paru-paru dibandingkan bukan perokok

Kelompok dukungan dan dukungan profesional memberikan banyak manfaat bagi keluarga dan pasien kanker. Mereka menyediakan tempat yang aman untuk berbagi pengalaman, mendapatkan dukungan emosional, dan mempelajari strategi praktis untuk menghadapi tantangan. Program ini juga membantu mengembangkan keterampilan mengasuh anak dan menghubungkan keluarga dengan sumber daya penting. Diagnosis dan gejala

Mengapa diagnosis kanker paru sering tertunda?

Keterlambatan evaluasi biasanya terjadi karena beberapa tantangan besar. Pertama, gejala awal kanker paru-paru, seperti batuk dan kelelahan, sering kali dianggap ringan dan dianggap sebagai penyakit yang tidak terlalu serius. Kedua, terdapat stigma dan kesalahpahaman, khususnya di kalangan bukan perokok, yang menganggap risiko mereka rendah.

Faktor lainnya termasuk terbatasnya akses terhadap skrining, seperti CT scan dosis rendah, terutama di wilayah dengan sumber daya terbatas. Selain itu, gejala kanker paru-paru seringkali tumpang tindih dengan gejala kondisi lain, seperti penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) atau TBC. Hal ini sering menyebabkan kesalahan diagnosis.

Baca Juga: Mengenali Gejala Kanker Paru-Paru yang Muncul di Jari Tangan

Apa saja gejala awal yang sering diabaikan, namun sebenarnya bisa menjadi tanda kanker paru-paru?

Gejala awal kanker paru seringkali diabaikan karena sering dianggap sebagai masalah kesehatan ringan. Batuk yang tidak kunjung sembuh merupakan salah satu gejala yang paling umum dan sering diabaikan. Begitu pula sesak napas yang muncul, meski melakukan aktivitas ringan, sering kali dianggap sebagai kelelahan umum.

Nyeri atau rasa tidak nyaman di dada juga sering disalahartikan sebagai akibat dari ketegangan otot, padahal ini bisa menjadi pertanda penting.

Kelelahan terus-menerus tanpa sebab yang jelas sering kali dianggap hanya efek samping dari stres atau kurang istirahat sehingga jarang disadari. Perubahan suara, seperti suara serak atau suara serak, sering kali dianggap sepele, padahal bisa saja mengindikasikan adanya masalah serius.

Baca juga: 10 Gejala Kanker Paru Stadium 4, Jangan Diabaikan

Penurunan berat badan yang terjadi tanpa sebab yang jelas juga sering kali terabaikan. Juga dengan hilangnya nafsu makan.

Infeksi saluran pernapasan berulang, seperti bronkitis atau pneumonia, seringkali dianggap normal. Faktanya, ini mungkin merupakan tanda awal kanker paru-paru.

Batuk darah, meski dalam jumlah kecil, juga bisa menjadi gejala yang berbahaya, namun biasanya tidak langsung dikenali sebagai sesuatu yang serius.

Jika gejala tersebut menetap dalam jangka waktu lama atau memburuk, sangat penting untuk segera memeriksakan diri ke dokter untuk mengetahui penyebabnya.

Baca Juga: Ahli Onkologi Parkway Cancer Centre Singapura Ungkap Kombinasi Pengobatan Tepat Untuk Pasien Kanker Paru Tren dan Perkembangan di Asia Tenggara

Bagaimana tren kejadian kanker paru-paru di Asia Tenggara, khususnya di kalangan bukan perokok seperti Adrian? Apakah ada perubahan demografis yang signifikan?

Di Asia Tenggara, tren kanker paru-paru menunjukkan perubahan yang signifikan, terutama dengan meningkatnya prevalensi di kalangan bukan perokok. Fenomena ini dipengaruhi oleh beberapa faktor unik di wilayah tersebut.

1. Faktor lingkungan dan pekerjaan

Paparan polusi dalam ruangan, seperti asap memasak dari bahan bakar biomassa, serta bahaya pekerjaan yang terkait dengan zat karsinogenik, seperti asbes, arsenik, dan hidrokarbon aromatik polisiklik, merupakan kontributor utama terhadap risiko kanker paru-paru di kalangan bukan perokok di wilayah ini .

2. Predisposisi genetik

Mutasi genetik, terutama pada gen estimasi laju filtrasi glomerulus (EGFR), lebih sering ditemukan pada pasien kanker paru di Asia (40-55 persen) dibandingkan populasi di Barat (15-20 persen). Mutasi ini terkait erat dengan perkembangan adenokarsinoma, jenis kanker paru-paru yang paling umum terjadi pada wanita dan bukan perokok.

Baca juga: Perokok Rentan Terkena Kanker Paru-paru Sel Kecil, Lebih Berbahaya?

3. Asap rokok pasif dan TBC

Paparan asap rokok pasif yang lebih tinggi dan tingginya prevalensi tuberkulosis di Asia Tenggara juga merupakan faktor penyebabnya. Keduanya berhubungan dengan kerusakan paru-paru kronis yang meningkatkan risiko terkena kanker paru-paru.

4. Keterlambatan diagnosis dan hasil yang terlambat

Gejala awal seringkali diabaikan oleh orang yang bukan perokok sehingga diagnosis sering kali baru ditegakkan ketika kanker sudah menyebar. Hal ini berkontribusi pada rendahnya tingkat kelangsungan hidup lima tahun (10-15 persen) di wilayah tersebut.

Apa perkembangan terkini dalam pengobatan kanker paru-paru di kawasan Asia Tenggara? Bagaimana cara memberikan harapan baru kepada pasien?

Ada beberapa kemajuan dalam pengobatan kanker paru-paru. Perkembangan ini berfokus pada pengobatan presisi, terapi inovatif, dan metode deteksi dini yang lebih baik.

Baca Juga: Apa Saja yang Dihindari Penderita Kanker Paru?

Pertama, terapi sasaran dengan menggunakan obat-obatan, misalnya sotorasib. Pendekatan ini menargetkan mutasi KRAS-G12C dan menunjukkan hasil yang menjanjikan. Terutama dalam terapi kombinasi untuk kanker paru-paru non-sel kecil (NSCLC).

Kedua, imunoterapi. Penggunaan inhibitor pos pemeriksaan imun seperti durvalumab kini menjadi umum, terutama untuk pengobatan kanker paru-paru sel kecil (SCLC).

Ketiga, vaksin kanker. Penelitian terhadap vaksin terapeutik kanker terus berkembang, termasuk vaksin berbasis RNA dan vaksin spesifik neoantigen. Tujuan dari vaksin ini adalah untuk melatih sistem imun tubuh dalam mengenali dan menyerang sel kanker, terutama bila dikombinasikan dengan imunoterapi.

Keempat, biopsi cair. Kemajuan dalam teknologi sirkulasi DNA tumor (ctDNA) memungkinkan deteksi non-invasif terhadap sel kanker yang tersisa setelah operasi. Teknologi ini mendukung perencanaan pengobatan yang lebih personal dan deteksi dini kemungkinan kekambuhan.

Baca juga: Bisakah Kanker Paru Disembuhkan?

Kelima, kecerdasan buatan (AI) dan biomarker. Kecerdasan buatan semakin banyak digunakan saat ini untuk menganalisis biomarker dan mempersonalisasi pengobatan. Strategi berbasis biomarker, seperti menargetkan mutasi EGFR dan ALK, telah terbukti memperpanjang kelangsungan hidup sekaligus meningkatkan kualitas hidup pasien kanker paru-paru.

Semua perkembangan ini mencerminkan transformasi pengobatan kanker paru menjadi lebih personal, tepat dan efektif. Para peneliti juga terus mengembangkan kombinasi terapi baru dan teknologi inovatif untuk memberikan hasil pengobatan yang lebih baik bagi pasien.

Bagi Anda yang mengalami gejala seperti batuk berkepanjangan, sesak napas, atau keluhan pernafasan lainnya, jangan ragu untuk segera berkonsultasi ke dokter. Deteksi dini dapat memberikan kontribusi besar terhadap keberhasilan pengobatan.

Untuk berkonsultasi mengenai layanan kesehatan terkait kanker paru, Anda dapat menghubungi Parkway Cancer Center di 0811-1934-673 atau mengunjungi www.parkwaycancercentre.com.

LEAVE A RESPONSE

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *