SP NEWS GLOBAL INDONESIA

Berita Seputar Global Indonesia

Property

“Partai Coklat” dan Introspeksi Netralitas Polri

JAKARTA, sp-globalindo.co.id – Netralitas Polri dalam persaingan pemilu kembali dipertanyakan setelah elite PDI-P menuding aparatnya diutus untuk mengalahkan kandidat tertentu di Pilkada 2024.

Istilah Partai Coklat yang disebut-sebut merujuk pada Polri muncul setelah Sekretaris Jenderal PDI-P Hasto Kristiyanto mengungkapkan kekhawatirannya atas dugaan keterlibatan aparat kepolisian dalam pemilu.

“Kami prihatin dengan pergerakan partai coklat di beberapa daerah seperti Jawa Timur dan Sumut,” kata Hasto, Rabu (27/11/2024) lalu di kediaman Megawati Soekarnoputri, Ciganjur, Jakarta Selatan.

Banyak pihak menilai asal muasal istilah “partai coklat” seharusnya menjadi pengingat bagi Polri untuk menjaga netralitas aparat kepolisian.

Baca juga: Mengapa TNI-Polri Lepas dari Isu Pesta Cokelat yang Muncul di Pilkada 2024?

Polisi terpaksa dan tidak ada kata lain selain netralitas dalam pemilu, kata Kapolri Sugeng Teguh Santoso kepada sp-globalindo.co.id, Minggu (1/12/2024).

Sugeng menilai pernyataan Hasta yang mempertanyakan Pesta Coklat merupakan kritik terhadap institusi Polri.

Menurutnya, hal ini menjadi pengingat bagi Polri untuk kembali pada jati dirinya sebagai instrumen keselamatan masyarakat dan penegakan hukum.

“Polri harus memberikan perlindungan kepada seluruh masyarakat dan tidak boleh berpihak atau aktif berpolitik. Jadi,” kata Sugeng.

Wakil Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa, Jazilul Fawaid, juga menyerukan reformasi kepolisian nasional setelah muncul tuduhan adanya instruksi petugas selama pemilu.

Baca juga: Banyak Dibicarakan Partai Coklat, IPW Ingatkan Polisi Netral dalam Pemilu.

“Kalau hari ini tidak percaya atau masyarakat banyak curiga terhadap politik, ada yang menyebut parcok-lah, parpol-lah, saya kira itu amandemen, institusi kepolisian harus mendengar,” kata Jazilul di sela-sela acara. pertemuan Sultan. . Hotel, Jakarta, Jumat (29/11/2024) malam.

Menurutnya, ada kemungkinan kata Brown Party tidak terkonfirmasi. Namun, polisi diminta memperbaikinya karena masalah ini sering terjadi.

Jazilul mengaku belum menemukan bukti nyata terkait dugaan keterlibatan Polri dalam pemilu tersebut. Meski demikian, Jazilul mengaku sudah mendengar rumor mengenai hal tersebut.

“Bahkan saya pernah mendengar langsung ada kepala desa yang dipanggil untuk memenangkan suatu event dan takut digugat. Itu yang dia ceritakan kepada saya,” ujarnya.

Polri berada di bawah TNI

Kekesalan PDI-P terhadap dugaan pengerahan aparat kepolisian kemudian menjalar hingga usulan mengembalikan kepolisian di bawah TNI seperti pada masa Orde Baru.

LEAVE A RESPONSE

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *